Posted on 5 Apr 2020 14.14.36 521 Dilihat
Ahad, 5 April 2020
Ditulis Oleh : KH. Muhammad Ma'mun (Pimpinan Pesantren Modern Daar el Falaah)
Bismillahirrohmannirrohiim
Allah telah menganugerahi akal dan nafsu pada manusia.
Dengan akal dan nafsu yang ada pada dirinya, menusia bisa mengembangkan potensi diri dlm hidupnya, bila manusia sudah tidak punya nafsu maka hilanglah gairah hidupnya, sebaliknya bila dia tidak punya akal maka dia tidak bisa membangun hidupnya dengan positif. .
Sementara dalam diri manusia juga sudah Allah berikan potensi hati nurani yang suci yang dengan fitrah itu Allah ciptakan manusia QS.30:30.
Allah SWT berfirman:
فَاَ قِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا ۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّا سَ عَلَيْهَا ۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَـلْقِ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّا سِ لَا يَعْلَمُوْنَ ۙ
fa aqim waj-haka lid-diini haniifaa, fithrotallohillatii fathoron-naasa 'alaihaa, laa tabdiila likholqillaah, zaalikad-diinul qoyyimu wa laakinna aksaron-naasi laa ya'lamuun
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,"
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 30)
Fitrah manusia selalu mengarah pada kebenaran tapi karena dalam diri manusia juga ada akal dan nafsu maka terkadang cahaya fitrah ini pudar oleh berfikirnya yang sudah dikuasai oleh hawa nafsu, oleh karena itu Allah turunkan hidayah agama yang sejalan dengan fitrah manusia, yang Allah turunkan melalui para RasulNya dari sejak Nabi Adam as. QS. 4:165
Allah SWT berfirman:
رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّا سِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
rusulam mubasysyiriina wa munziriina li`allaa yakuuna lin-naasi 'alallohi hujjatum ba'dar-rusul, wa kaanallohu 'aziizan hakiimaa
"Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 165)
hingga Rasul yang terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. QS. 33:40
Allah SWT berfirman:
مَا كَا نَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَا لِكُمْ وَلٰـكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَا تَمَ النَّبِيّٖنَ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
maa kaana muhammadun aba ahadim mir rijaalikum wa laakir rosuulallohi wa khootaman-nabiyyiin, wa kaanallohu bikulli syai`in 'aliimaa
"Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 40)
Karena dari sejak awal kejadiannya manusia sudah punya musuh bebuyutan yaitu syaitan yang telah bersumpah di hadapan Allah untuk menggelincirkan manusia QS
7:16-17
Allah SWT. berfirman:
قَا لَ فَبِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَ قْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَا طَكَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ
qoola fa bimaaa aghwaitanii la`aq'udanna lahum shiroothokal-mustaqiim
"(Iblis) menjawab, Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,"
ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ
summa la`aatiyannahum mim baini aidiihim wa min kholfihim wa 'an aimaanihim wa 'an syamaaa`ilihim, wa laa tajidu aksarohum syaakiriin
"kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."
(QS. Al A'rof 7:16-17)
Allah SWT. berfirman:
قَا لَ رَبِّ بِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُ زَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَ رْضِ وَلَاُ غْوِيَـنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ ۙ
qoola robbi bimaaa aghwaitanii la`uzayyinanna lahum fil-ardhi wa la`ughwiyannahum ajma'iin
"Ia (Iblis) berkata, Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,"
اِلَّا عِبَا دَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ
illaa 'ibaadaka min-humul-mukhlashiin
"kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka."
(QS. Al-Hijr 15: Ayat 39-40)
Maka syaitan dengan berbagai cara terus berusaha untuk menggelincirkan manusia dari jalan yang lurus yang diridloi oleh Allah swt...dengan cara meracuni akal dan nafsunya atau dgn mengecoh hidayah yang sudah Allah turunkan... dengan cara menyimpangkan, mengurangi atau menambahi ajaran tersebut, tapi setiap kali agama itu disimpangkan maka Allah utus utusanNya yang baru untuk melestarikan hidayahNya.
Puncak penyimpangan mereka yaitu sampai berani mengatakan bahwa utusanNya dijadikan sebagai anak Tuhan maka Allah utus RasulNya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw yang membawa Islam, untuk meluruskan penyimpangan itu, dan sebagai agama yang sempurna yang diridloiNya QS. 5:3.
اليوم أكملت لكم دينكم و أتممت عليكم نعمتي و رضيت لكم الإسلام دينا
Artinya: "Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku cukupkan bagimu ni'matKu dan Aku sudah ridho Islam sebagai agama bagimu". (Al Maidah 5:3)
Adapun yang lain setelah datang Rasul yang terakhir ini maka agama mereka tidak akan diterima oleh Allah swt QS. 3:85.
Allah SWT. berfirman:
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِ سْلَا مِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُ ۚ وَهُوَ فِى الْاٰ خِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
wa may yabtaghi ghoirol-islaami diinan fa lay yuqbala min-h, wa huwa fil-aakhiroti minal-khoosiriin
"Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 85)
Berarti disini ada 3 power yang mempengaruhi jalan hidup manusia yaitu; akal, nafsu dan agama yang selaras dengan nurani manusia.
Ketika manusia dalam hidupnya dipimpin oleh akalnya, maka dia akan menjadi manusia yang jiwanya nanti banyak menyesali diri (nafsun lawamah)
Allah SWT berfirman:
وَلَاۤ اُقْسِمُ بِا لنَّفْسِ اللَّوَّا مَةِ ۗ
wa laaa uqsimu bin-nafsil-lawwaamah
"dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)."
(QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 2)
Karena pilihannya yang sepertinya logis QS. 7:30, 53:36-37 tetapi ternyata salah setelah diukur dengan kebenaran yang mutlak yang datang dari Yang Maha Benar.
Allah SWT berfirman:
اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ
al-haqqu mir robbika fa laa takuunanna minal-mumtariin
"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 147)
Ketika manusia dalam hidupnya dipimpin oleh nafsu maka dia akan menjadi orang yang berjiwa jahat (nafsun ammarotun bissu-i)
Allah SWT berfirman:
وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَ مَّا رَةٌ بِۢا لسُّوْٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
wa maaa ubarri`u nafsii, innan-nafsa la`ammaarotum bis-suuu`i illaa maa rohima robbii, inna robbii ghofuurur rohiim
"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Yusuf 12: Ayat 53)
kerjaannya merusak tatanan kehidupan, mengikuti bisikan syaitan, dan...
Tapi ketika manusia dalam hidupnya dipimpin oleh agama yang diridhoi oleh Allah maka dia akan menjadi manusia yang punya jiwa tenang yang kelak di akhirat akan menghuni Sorganya Allah swt.
Allah SWT berfirman:
يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ۖ
yaaa ayyatuhan-nafsul-muthma`innah
"Wahai jiwa yang tenang!"
ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ
irji'iii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya."
فَا دْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى ۙ
fadkhulii fii 'ibaadii
"Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,"
Allah SWT berfirman:
وَا دْخُلِيْ جَنَّتِى
wadkhulii jannatii
"dan masuklah ke dalam surga-Ku."
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 27-30)
Tentu sebagai orang yang berfikir sehat dan masih punya hati nurani akan memilih jiwa yang muthmainnah yang hidupnya dipimpin oleh Qur'an dan Sunnah QS. 24:51, 33:36,25:27-30.
Dia setelah beragama akan lurus dan ikhlas dalam beribadah menta'ati peraturan Rob Nya... karena kalau tidak begitu berarti dia sudah menyekutukan Allah yang akan berakibat seperti diterangkan di dalam al Qur'an.
Allah SWT berfirman:
حُنَفَآءَ لِلّٰهِ غَيْرَ مُشْرِكِيْنَ بِهٖ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِا للّٰهِ فَكَاَ نَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَآءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ اَوْ تَهْوِيْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ مَكَا نٍ سَحِيْقٍ
hunafaaa`a lillaahi ghoiro musyrikiina bih, wa may yusyrik billaahi fa ka`annamaa khorro minas-samaaa`i fa takhthofuhuth-thoiru au tahwii bihir-riihu fii makaanin sahiiq
"(Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya. Barang siapa menyekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung (lambang ideologi) atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh (oportunis)."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 31)
Tapi bila dia berpegang teguh dengan agama yang diridhoi. maka dia akan menjadi muslim yang istiqomah dalam menjalani hidupnya QS. 41:30-35.
Allah SWT berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ قَا لُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَا مُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰٓئِكَةُ اَ لَّا تَخَا فُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَ بْشِرُوْا بِا لْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
innallaziina qooluu robbunallohu summastaqoomuu tatanazzalu 'alaihimul-malaaa`ikatu allaa takhoofuu wa laa tahzanuu wa absyiruu bil-jannatillatii kuntum tuu'aduun
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu."
نَحْنُ اَوْلِيٰۤـؤُکُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰ خِرَةِ ۚ وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَشْتَهِيْۤ اَنْفُسُكُمْ وَلَـكُمْ فِيْهَا مَا تَدَّعُوْنَ ۗ
nahnu auliyaaa`ukum fil-hayaatid-dun-yaa wa fil-aakhiroh, wa lakum fiihaa maa tasytahiii anfusukum wa lakum fiihaa maa tadda'uun
"Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta."
نُزُلًا مِّنْ غَفُوْرٍ رَّحِيْمٍ
nuzulam min ghofuurir rohiim
"Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَاۤ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَا لِحًا وَّقَا لَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
wa man ahsanu qoulam mim man da'aaa ilallohi wa 'amila shoolihaw wa qoola innanii minal-muslimiin
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?"
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَ لَا السَّيِّئَةُ ۗ اِدْفَعْ بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِ ذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَ نَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ
wa laa tastawil-hasanatu wa las-sayyi`ah, idfa' billatii hiya ahsanu fa izallazii bainaka wa bainahuu 'adaawatung ka`annahuu waliyyun hamiim
"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia."
وَمَا يُلَقّٰٮهَاۤ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا ۚ وَمَا يُلَقّٰٮهَاۤ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ
wa maa yulaqqoohaaa illallaziina shobaruu, wa maa yulaqqoohaaa illaa zuu hazhzhin 'azhiim
"Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar."
(QS. Fussilat 41: Ayat 30-35)
Wallahu a'lam bisshowaab.